Pura Dasar Buana Gelgel

Gelgel, Klungkung, KAB. KLUNGKUNG, BALI View Location

IDR 10.000,00

  • 0.0
(0 Review)

Book Now

Valid on selected dates Instant confirmation

Ticket Details

Validity period :

Quantity

Ticket

IDR 10.000,00 / Person

Total ( Ticket)

IDR

IDR 10.000,00

Lokasi

User Reviews

There are no reviews for this Attraction yet.

Buy this ticket and be the first to leave a review.

Other Info

1. Jam Operasional:
  - Pura Dasar Buana terbuka untuk pengunjung setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WITA. Pengunjung disarankan untuk datang pada waktu tersebut untuk menghindari gangguan terhadap aktivitas upacara atau kegiatan keagamaan yang sedang berlangsung.

2. Kebersihan dan Pelestarian:
  - Pengunjung diwajibkan menjaga kebersihan pura dengan tidak membuang sampah sembarangan. Semua sampah harus dibawa kembali atau dibuang di tempat sampah yang disediakan di area pura.
  - Dilarang merusak atau mengambil bagian dari struktur pura, patung, atau artefak sejarah lainnya untuk menjaga kelestarian situs suci ini.

3. Penghormatan Terhadap Adat dan Upacara:
  - Pengunjung diharapkan untuk berpakaian sopan saat memasuki area pura. Pakaian yang dianjurkan termasuk sarung dan selendang. Sarung dan selendang biasanya tersedia untuk dipinjam di pintu masuk pura jika diperlukan.
  - Dilarang memasuki area yang dianggap suci tanpa izin. Selalu mengikuti petunjuk dari petugas pura atau panduan lokal terkait area yang boleh dan tidak boleh diakses.
  - Jangan mengganggu atau menginterupsi upacara keagamaan yang sedang berlangsung. Hormati privasi dan ketenangan para pelaksana upacara.

4. Keamanan dan Etika:
  - Pengunjung diimbau untuk menjaga sikap dan perilaku yang sopan dan menghormati kesucian tempat. Berbicara dengan suara rendah dan tidak membuat keributan di sekitar area pura.
  - Anak-anak harus selalu dalam pengawasan orang dewasa, terutama saat berada di area yang dianggap suci atau saat melakukan aktivitas di sekitar pura.

5. Kepatuhan Terhadap Petunjuk:
  - Pengunjung harus mematuhi seluruh petunjuk dan peringatan yang tertera di papan informasi di area pura atau yang diberikan oleh petugas pura.
  - Jika ada petunjuk khusus dari petugas atau panduan, seperti pembatasan area atau waktu tertentu, pengunjung diharapkan untuk mengikutinya dengan penuh hormat.

6. Foto dan Kamera:
  - Penggunaan kamera atau ponsel untuk mengambil foto mungkin dibatasi di area tertentu. Pastikan untuk meminta izin terlebih dahulu jika ingin memotret, terutama saat upacara keagamaan.

Dengan mematuhi kebijakan ini, diharapkan kunjungan ke Pura Dasar Buana dapat berlangsung dengan aman, nyaman, dan penuh penghormatan, serta membantu menjaga keindahan dan kesucian situs keagamaan ini.

Description

Pura Dasar Bhuana terletak di Desa Gelgel, Klungkung. Dari Denpasar, berjarak sekitar 42 kilometer. Pura ini berdiri di atas lahan yang cukup luas. Berdiri megah dan tampak asri di pinggir jalan utama Gelgel-Jumpai. Sebagimana umumnya Pura-pura di Bali, Pura Dasar Bhuana memiliki tiga mandala -- Nista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala. Di bagian Nista Mandala terlihat keangkeran pohon beringin besar yang tumbuh sejak berabad-abad lamanya.

Masuk ke Madya Mandala, pamedek bisa melihat bangunan-bangunan berupa Pelinggih Bale Agung. Pelinggih ini tampak unik karena panjangnya mencapai 12 meter. Bersebelahan dengan Bale Pesanekan dan pelinggih tempat berstanakan seluruh petapakan dan pratima Pura-pura yang ada di Desa Pakraman Gelgel. Pratima maupun petapakan itu tedun dan distanakan saat berlangsung Karya Agung Pedudusan (Ngusaba) yang dilaksanakan bertepatan dengan Purnama Kapat.

Sementara di Utama Mandala terdapat belasan pelinggih di antaranya Meru Tumpang Solas, Meru Tumpang Telu, Padma Tiga dan banyak lagi pelinggih lainnya. Dalam setahun, ada dua wali/ karya digelar yakni wali bertepatan dengan Pamacekan Agung, serta wali/ karya Padudusan yang jatuh pada Purnama Kapat.

Pura Dasar Bhuana dibangun Mpu Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatikta (Kerajaan Majapahit) pada tahun Caka 1189 atau tahun 1267 Masehi. Pura ini merupakan salah satu Dang Kahyangan Jagat di Bali. Pada masa Kerajaan Majapahit, Pura Dang Kahyangan dibangun untuk menghormati jasa-jasa pandita (guru suci). Pura Dang Kahyangan dikelompokkan berdasarkan sejarah. Di mana, pura yang dikenal sebagai tempat pemujaan di masa kerajaan di Bali, dimasukkan ke dalam kelompok Pura Dang Kahyangan Jagat. Keberadaan Pura Dang Kahyangan tidak bisa dilepaskan dari ajaran Rsi Rena dalam agama Hindu.

Pura atau Ashram yang dibangun pada tempat di mana Maharsi melakukan yoga semadi adalah sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Maharsi. Seperti Pura Silayukti di Karangasem. Silayukti diyakini sebagai tempat moksanya Mpu Kuturan. Demikian pula dengan Pura Dasar Bhuana Gelgel yang dibangun sebagai penghormatan terhadap Empu Ghana. Di pura inilah Mpu Ghana yang dikenal sebagai seorang Brahmana yang memiliki peran penting perkembangan agama Hindu di Bali, beryoga semadi (berparahyangan).

Selain sebagai Dang Kahyangan, pura yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Kota Semarapura, Klungkung itu juga merupakan pusat panyungsungan catur warga yang berasal dari soroh/ klan di antaranya soroh/ klan Satria Dalem, Pasek (Maha Gotra Sanak Sapta Rsi), soroh Pande (Mahasamaya Warga Pande) dan klan Brahmana Siwa. Semuanya merupakan pengabih Ida Batara di Pura Dasar Bhuana Gelgel.

Masing-masing warga memiliki panyungsungan, seperti Meru Tumpang Solas -- panyungsungan Para Arya dan Satria Dalem. Meru Tumpang Tiga -- panyungsungan Keturunan Mpu Geni yang menurunkan trah Pasek. Meru Tumpang Tiga sebagai penyungsungan warga Pande. Padma Tiga yang berada di antara Meru Tumpang Solas dan Meru Tumpang Sia (sembilan), panyungsungan warga Brahmana. Dengan banyaknya soroh yang ada di dalamnya, diyakini Pura Dasar Bhuana merupakan pemersatu jagat dengan konsep bersatunya semua klan yang ada di Bali dengan konsep ''kaula gusti menunggal''.

Pura yang dibangun di atas areal cukup luas itu, juga menjadi panyungsungan Subak Gde Suwecapura. Di antaranya Subak Pegatepan, Kacang Dawa, Toya Ehe dan Toya Cawu. Panyungsungan dilakukan saat Karya Pedudusan Agung lan Pawintenan yang bertepatan dengan Purnama Kapat.

Pura Dasar Bhuana di-empon Desa Pakraman Gelgel yang terdiri atas 28 banjar dan tiga desa dinas -- Desa Gelgel, Desa Kamasan dan Desa Tojan. Keberadaannya berkaitan erat dengan keberadaan Keraton Suwecapura tempo dulu yang juga berada di Gelgel. Namun, jika melihat tahun berdirinya, pura ini sudah ada jauh sebelum Gelgel diperintah raja pertama, Dalem Ketut Ngulesir (1380-1400). Pura yang merupakan warisan maha-agung ini didirikan pada tahun Saka 1189 atau tahun 1267 Masehi.

Sebagaimana sejarahnya, Pura Dasar Bhuana erat kaitannya dengan Mpu Ghana yang hidup pada akhir abad IX Masehi. Pura Dasar Bhuana dibangun Mpu Dwijaksara dari Kerajaan Wilwatika sebagai bentuk penghormatan terhadap Mpu Ghana. Empu Ghana merupakan seorang brahmana dengan peran sangat besar terhadap perkembangan agama Hindu di Bali.

Empu Ghana adalah orang suci yang berasal dari Jawa. Tiba di Bali pada masa pemerintahan (suami-istri) Udayana Warmadewa dan Gunapraya Gharmapatni yang berkuasa dan memerintah Bali pada tahun Caka 910 sampai tahun Saka 933 (tahun 988-1011 Masehi). Empu Ghana merupakan brahmana penganut paham Ghanapatya. Seumur hidup menjalankan ajaran Sukla Brahmacari yakni tidak menjalani masa Grahasta (tidak menikah). Kaitannya setelah berdirinya Kerajaan Suwecapura, pura ini dipakai sebagai merajan keluarga raja saat itu. Letak pura ini persis berada di timur laut Keraton Suwecapura. Pada zaman itu, Keraton Suwecapura berdiri di Banjar Jero Agung, Gelgel.

Other Recommendations

photo Lembah Wenara
Lembah Wenara
Kab. Klungkung
photo Tirta Sudamala Centeng
Tirta Sudamala Centeng
Kab. Klungkung
photo Pantai Batu Tumpeng
Pantai Batu Tumpeng
Kab. Klungkung
photo Pantai Tamarind Desa Suana Nusa Penida
photo Pura Goa Giri Putri
Pura Goa Giri Putri
Kab. Klungkung
photo Pura Puncak Mundi
Pura Puncak Mundi
Kab. Klungkung
Hubungi Kami