SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE
Bayung Gede, Kintamani, KAB. BANGLI, BALI View Location
IDR 10.000,00
- 0.0
Book Now
Valid on selected dates Instant confirmation
Ticket DetailsVisit Date
Cek tanggal tersediaValidity period :
Quantity
Ticket
IDR 10.000,00 / Person
Total ( Ticket)
IDR
IDR 10.000,00
Lokasi
User Reviews
There are no reviews for this Attraction yet.
Buy this ticket and be the first to leave a review.
Other Info
Description
Masyarakat Bali biasanya menanam ari-ari setelah kelahiran bayi di pekarangan rumah, dengan beberapa prosesi upacara kecil.
Namun bagi masyarakat Desa Adat Bayung Gede di Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali, menanam ari-ari di pekarangan rumah adalah pantangan.
Warga Desa Bayung Gede justru punya tempat khusus sebagai pengganti lahan untuk menyimpan ari-ari. Lokasinya disebut Setra Ari-Ari, atau kuburan khusus ari-ari.
Meski sudah ada tempat khusus, warga tetap tidak menanam ari-ari itu. Warga menggantung ari-ari yang sudah diwadahi kau (batok kelapa dibelah dua) di ranting pohon bukak.
Tak ayal, lokasi tersebut menyita perhatian publik karena dinilai unik. Tempat semacam itu tidak ada di desa lain di Bali.
Mengingat ada 163 warga marep atau asli di Bayung Gede, mereka tentu kemungkinan besar berkesempatan menjadi Jero Kubayan di kemudian hari.
Mereka yang menjabat posisi tertinggi ini, selain ditokohkan dan disucikan, juga wajib menempatkan sungsungan yang disucikan warga, berupa Ratu Pingit dan Ratu Bungsil di rumah.
Inilah mengapa warga Bayung Gede di Kintamani pantang mengotori lahan sendiri. Sebab, jika ari-ari berada dalam pekarangan, sementara di pekarangan itu terdapat warga menjabat Jero Kubayan atau tokoh lain yang disucikan, di situlah pelanggarannya.
Di dalam kau itu juga diisi sekam, merica, pisau bambu, dan perlengkapan lain, kemudian belahan batok kelapa ditutup. Belahan itu diolesi kapur sirih beserta goresan simbol tapak dara atau tanda tambah.
Batok kelapa diikat dengan salang tabu atau tali bambu. Si ayah bayi wajib bersihkan diri, memakai pakaian adat lalu membawa ari-ari ke kuburan.
Di sana, si ayah menebang satu ranting kayu bukak untuk menempatkan ari ari. Warga dilarang memakai tangan kiri, harus dengan tangan kanan dengan harapan lahir hal-hal positif.
Menariknya, si ayah pasti memilih pohon yang sudah ada banyak ari-ari. Sehingga jarang ari-ari itu ditempatkan di ranting yang baru. "Ini terkait kepercayaan warga. Jika ari-ari bergerombol, kelak si anak akan mudah berbaur dengan masyarakat," ucapnya.
Usai dari Setra Ari Ari, si ayah membawa daun pakis atau paku yang didapat dari kuburan, kemudian meletakkannya di depan rumah. Ini adalah tanda bahwa di keluarga tersebut terdapat orang yang habis melahirkan.