Desa Wisata Suwat terletak di Kecamatan Gianyar, Bali, dan dikenal karena keindahan alamnya yang mempesona serta keberagaman aktivitas wisata yang ditawarkannya. Desa ini menjadi tujuan favorit bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana pedesaan yang tenang dan alami, jauh dari hiruk-pikuk kota. Salah satu daya tarik utama Desa Wisata Suwat adalah Air Terjun Suwat, sebuah air terjun yang eksotis dengan air yang jernih dan pemandangan sekitar yang asri. Pengunjung dapat berenang di kolam alami di bawah air terjun atau menikmati panorama alam yang menenangkan.

Selain keindahan air terjunnya, desa ini juga menawarkan wisata budaya dan edukasi. Wisatawan dapat mengikuti berbagai kegiatan tradisional seperti menenun, belajar membuat kerajinan lokal, atau ikut dalam aktivitas pertanian seperti menanam padi. Kearifan lokal dan keramahan penduduk setempat menjadikan Desa Wisata Suwat tempat yang ideal untuk merasakan kehidupan pedesaan Bali yang autentik.

Desa Wisata Suwat juga merupakan destinasi yang cocok bagi mereka yang ingin berpetualang di alam, seperti trekking di hutan atau bersepeda mengelilingi desa sambil menikmati pemandangan sawah yang hijau. Ini adalah tempat yang menawarkan keseimbangan sempurna antara wisata alam dan budaya, cocok untuk wisatawan yang mencari pengalaman unik dan damai di Bali.

SEJARAH DESA

Desa Suwat berasal dari kata: Suwar Ulung (Suwat Mulung) yang terdiri dari kata: Suwar berarti sinar/lampu, dan Ulung berati jatuh, yang artinya: sinar jatuh. Kata ini mempunyai makna sangat identik mengandung arti/makna yaitu: ada kecerahan, kedamian, kesejukan, keharmonisan, ketentraman yang muncul. Dalam menata kehidupan, sampai saat ini menjadi sebuah desa yang masyarakatnya hidup harmonis, rukun, damai dan tentram yang lama-kelamaan sekarang menjadi sebutan Desa Suwat. Masyarakatnya homogen dengan terdiri dari beberapa soroh/bungkusan seperti: Satria Pungakan Dalem Samprangan, Arya Pemecutan, Arya Kebon Tubuh, Pande Meranggi, Kemoning,  Pasek Kedangkang, Pasek Pulesari, Cameng, Tegeh Kori, Pasek Gelgel, Pasek Salahin, Satria Dalem Saganing, Pasek Bendesa, Pasek Kayu Selem, Pasek Gatep, dll. Mereka hidup berdampingan, saling hormat-menghormati, rukun, damai, tentram, dan sejahtera, serta menjungjung tinggi asas kekeluargaan. Banyak bukti-bukti peninggalan jaman Samprangan yang ada di Desa Suwat seperti: adanya peninggalan Dalem Samprangan yang ada di Pura Puseh Batan Nyuh Desa Suwat, Peninggalan Dalem Samprangan di Pura Panti Selukat, Peninggalan Dalem Samprangan di Pura Panti Tugu (Arya Kebon Tubuh), dan banyak lagi peninggalan-peninggalan jaman Samprangan yang ada di Desa Suwat.

Desa Suwat sebelumnya terdiri dari 10 banjar yaitu: Br. Suwat Kaja, Br. Triwangsa, Br. Suwat Kelod, Br. Petak Jeruk, Br. Mulung, Br. Siih, Br. Pande, Br. Melayang. Br. Tengah, Br. Seme. Pada tahun 2000, ada pemilihan Perbekel Desa Suwat yang terdiri dari dua calon. Dalam proses pemilihan ini sudah tentu ada yang menang dan ada yang kalah. Entah apa sebabnya pihak yang kalah tidak mau menerima kekalahan sehingga ada gejolak untuk menolak hasil pemilihan, sehingga terjadilah perselisihan antara dua kubu. Kondisi menjadi tidak kondusif. Untuk menenangkan situasi dan kondisi ada kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk mengambil jalan tengah sehingga terjadilah pemekaran wilayah, yaitu: Desa Suwat sebagai Desa induk dan Desa Sumita menjadi desa pemekaran. Dengan keputusan itu, sampai saat ini pemerintahannya berjalan dengan lancar hidup rukun, damai dan berdampingan.