Rintisan

Desa Wisata Tanglad

Kec. Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali View Location

Desa Tanglad adalah sebuah desa di Nusa Penida, Bali, yang terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan budaya tradisional yang masih kental. Terletak di dataran tinggi, desa ini menawarkan pemandangan spektakuler berupa perbukitan hijau yang menghiasi sekelilingnya. Selain itu, Desa Tanglad juga dikenal sebagai pusat kerajinan kain tenun tradisional Nusa Penida. Para pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan kain tenun yang dilakukan oleh para wanita setempat, yang menggunakan alat tenun tradisional dan pewarna alami. Kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tanglad masih sangat dipengaruhi oleh tradisi dan adat istiadat, membuat desa ini menjadi destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan kehidupan pedesaan Bali yang autentik. Desa Tanglad juga merupakan pintu masuk ke beberapa objek wisata alam yang eksotis di Nusa Penida, seperti pantai-pantai tersembunyi dan spot trekking yang menantang.

SEJARAH DESA

Pada suatu hari setelah hari raya Kuningan, ada satu rombongan berlayar dengan maksud pesiar. Rombongan tersebut berasal dari Desa Ketewal, Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar. Sesampai di tengah lautan, tanpa disadari rombongan terseret arus deras disertai oleh gelombang besar. Begitu pula tiba-tiba datang angin kencang yang menghanyutkan rombongan hingga terdampar di tebing curam di sebelah selatan Pulau Nusa Penida. Di tebing itulah rombongan tersebut menginjakkan kaki guna mencari perlindungan. Karena perahu yang mereka tumpangi mengalami kerusakan berat maka dengan tekad yang bulat dan kemauan yang keras maka salah seorang dari rombongan tersebut berhasil menaiki tebing yang terjal itu dengan berbagai macam cara yang dilakukan guna menolong rekannya yang masih berada di bawah, akhirnya rombongan tersebut bisa naik dengan selamat meskipun dengan keadaan yang sangat payah.

Untuk kembali melanjutkan perjalanan dengan keadaan yang sangat payah dengan dungkah (langkah) yang melingkap maka tempat itu di beri nama Dungkap. Di tempat ini rombongan tersebut tinggal beberapa lama bahkan sudah ada yang bercocok taman.

Pada suatu saat tertentu pimpinan yang tertua dalam rombongan tersebut memberikan suatu perintah kepada salah seorang dari anggota rombongan. Adapun yang diperintah itu I Bekung. Karena I Bekung masih kekanak-kanakan serta perintah yang diterimanya seolah-olah paksaan maka ia merasa kesal. Dengan rasa kesal di hati, pergilah I Bekung meninggalkan rombongan yang diikuti oleh adiknya yang bernama Ni Wulang Singah.

Setelah lama berjalan menuju timur, kedua anak tersebut merasa lelah dan istirahat untuk mencari makan. Dalam mencari buah-buahan ia bertemu dengan pohon besar yang diberi nama Bihingin dan tempat itu diberi nama Bihingin. Dan seterusnya bertemu dengan pohon besar lagi yang diberi nama Pohon Gepah/Gepuh, begitu juga tempatnya diberi nama Gepuh.

Setelah beberapa lama tinggal di Gepuh, I Bekung dan Ni Wulang Singa meneruskan perjalanan ke arah selatan, ia bertemu dengan tanaman bahan bumbu yang lengkap, yang dalam bahasa bali disebut Carub (lengkap) maka tempat tersebut diberi nama Caruban. Setelah melewati Caruban mereka bertemu lagi dengan berbagai kesulitan akhirnya mereka jatuh sakit. Karena sakit itu mereka seolah-olah mecancang (tidak bisa kemana mana) maka tempat tersebut diberi nama Penyancangan.

Setelah sembuh mereka melanjutkan perjalanan ke arah selatan dan akhirnya bertemu dengan hutan yang sangat lebat. Di sinilah timbul niat dari Ni Wulang Singa untuk melakukan tapa semadi. Di dalam melakukan tapa semadi, Ni Wulang Singa mendapat anugrah (sabda) agar mereka meneruskan perjalanan ke arah timur. Dalam meneruskan perjalanan ke arah timur mereka bertemu dengan  tebing yang tinggi. Karena Ni Wulang Singa ditinggalkan oleh kakaknya, ia memanggil kakaknya dengan: “anti...anti....anti...” (tunggu) maka tempat tersebut diberi nama Anta.

Dari Anta melanjutkan perjalanan ke arah barat langkahnya menjadi tidak tentu, yang dalam bahasa Balinya sayar-soyor, oleh karena hal itu tempat ini diberi nama Soyor. Oleh karena Ni Wulang Singa merasa belum memperoleh apa yang diinginkan, maka ia lagi melakukan tapa yoga semadi yang akhirnya mendapat sabda sebagai berikut: “WAHAI ANAKKU SEBENARNYA PERJALANMU MENUJU KE SELATAN ITU ADALAH SALAH, POHON YANG BESAR ITU ADA DI SEBELAH TIMUR.”

Dengan rasa sedikit lega mereka melanjutkan perjalanan dengan menemukan berbagai macam keanehan dan selanjutnya bertemu dengan tebing curam, di sinilah ia berfikir setelah lama melakukan perjalanan dari barat ke ujung timur yang menurut pikirannya merupan batas dari daerah itu maka tempat tersebut diberi nama Watas.

Setelah meningalkan Watas, mereka meneruskan perjalanan menuju arah utara, dengan cepat di ambilnya keputusan bahwa daerah itu cocok untuk daerah pertanian dan mereka bermaksud untuk menetap di sana. Karena cepat mengambil keputusan, maka tempat itu diberi nama Julingan yang berasal dari kata Iju dan kata Ling. Kata Iju yang berarti cepat, dan kata Ling yang berarti maksud atau tujuan.

Setelah menetap di Julingan, mereka teringat dengan peristiwa lama sewaktu berpisah dengan tetangganya yang dulu di tempat mereka tempati sekarang, karena itulah mereka memberi nama tempat tersebut dengan  nama Tangga Lad yang berarti bekas Tetangga. Seiring waktu pelafalannya menjadi TANGLAD. Di sinilah I Bekung dan Ni Wulang Singa Menetap dan akhirnya kawin sehingga menghasilkan keturunan sampai sekarang.

Share Social Media

Facilities

Belum ada fasilitas
Belum ada fasilitas

Tourist Attraction

photo Pantai Suwehan
Pantai Suwehan
Kab. Klungkung
photo Bukit Teletubbies
Bukit Teletubbies
Kab. Klungkung

Location

Other Recommendations

Desa Wisata Suwat
Rintisan
Desa Wisata Suwat
Kab. Gianyar
Desa Wisata Bali Ditha
Rintisan
Desa Wisata Bali Ditha
Kab. Gianyar
Rintisan
Kab. Klungkung
Rintisan
Kota Denpasar
Rintisan
Kab. Jembrana
Desa Wisata Pejeng Kangin
Berkembang
Hubungi Kami