Desa Yehembang Kangin sekitar 15 km dari kota Negara ke timur, merupakan daerah agraris dengan bentangan persawahan dan perkebunan yang luas. Di sisi selatannya adalah pantai yang indah, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan panorama matahari tenggelam di sore hari, juga terdapat sebuah pura yang sudah ada sejak abad ke-15 dan juga mempunyai kaitan erat dengan perjalanan spiritual Danghyang Nirartha, adalah Pura Rambutsiwi berdiri di atas batu karang di pinggir pantai.

SEJARAH DESA

Dahulu Sekitar tahun 1880 sampai tahun 1912 setelah desa-desa tua misalnya: Desa Mendoyo, Desa Yehkuning, Desa Delodberawah, Desa Tegalcangkring memang perlu untuk meluaskan lapangan kerjanya  yaitu secara upahan pertama dan kemudian mengumpulkan beberapa tokoh dan anggota untuk membabat (membuka) hutan, istilah balinya "Nyuang Alas". Setelah sekehe dianggap cukup dan pimpinan telah terpilih, dibuat Kepala Sekehe dari Mendoyo, Tegalcangkring, Delodberawah mengambil lokasi di sebelah timur sungai, sedangkan yang Sekehe dari Yehkuning mengambil lokasi di sebelah barat sungai sampai pada sungai Yeh Buah. Pada kedua sungai sebagai batas areal pembabatan hutan tersebut dimana kekompakan/sekehe menemukan pada kedua sungai itu antara lain:

Sungai yang ada di bagian timur dan daerah yang dikerjakan telah ditemukan pada pinggiran tepi sungai tumbuh dengan subur pohon bunga Rejasa yang tidak henti-hentinya berbunga, dan sungai di bagian barat sepanjangan tepi sungai tumbuh dengan suburnya pohon pinang (Pohon Buah).

Adapun ciri khas yang kami jumpai pada desa Yehembang antara lain:

1. Secara memberi embang/kesempatan/peluang kepada mereka yang mempunyai keterampilan baik dalam bidang pertanian/pengusaha/ladang dan sebagainya.
2. Keharmonisan hubungan sosial dan adat-istiadat cukup baik, tenggang rasa tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya merasa menjadi warga masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Di samping beberapa hal tersebut di atas kami juga dapat informasi sebagai berikut:

1. Sungai Yehembang sejak dulu hingga sekarang tidak mempunyai muara tersendiri melainkan nompleng pada sungai Yeh Buah, oleh karena itu disebut sebagai sungai tanpa muara (ngembang) yang lama kelamaan kata ngembang berubah lafalnya menjadi embang yang akhirnya Sungai Yehembang.
2. Informasi lain menyatakan embang diasosiasikan kembang/bunga dengan alasan anak sungainya menggunakan nama kembang seperti sungai Pangkung Sari (sari = kembang) Munduk Anggrek dan lainnya.

Pada tepi sungai tersebut banyak tumbuh bunga yang bunganya berguguran/jatuh ke tepi sungai lalu air sungai penuh dengan bunga yang lazim disebut air kumkuman (air bunga = air kembang), lama kelamaan air kembang menjadi Yehembang.

Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan:

1. Nama Yehembang diangkat dari nama sungai yang secara langsung melintasi wilayah desa pemukiman, yang nama-nama tersebut telah ada sejak jaman dahulu sebagai sumber kehidupan sungai (air) embang.
2. Dalam kaitannya dengan nama Desa Yehembang dari sejak lahir sampai sekarang maupun yang akan datang selalu memberikan emabng/peluang maupun harapan kepada siapa saja yang secara ulet berusaha,bagaikan aliran sungai yang terpatri pada tempat desa ini.

Demikian perkembangan berjalan terus, melihat Desa Yehembang mempunyai wilayah sangat luas guna memudahkan pembinaan masyarakat dalam Pemerintahaan Desa serta atas dasar alasan alasan yang mendasar akhirnya oleh Pemerintah dipandang perlu untuk memekarkan Desa Yehembang menjadi 3 (tiga) desa definitif.

Dengan SK Bapak Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Bali (Ida Bagus Mantra) No.161 Tahun 1988 tanggal 20 Mei 1988, Desa Yehembang,Kecamatan Mendoyo secara resmi memekarkan menjadi 3 (tiga) Desa yaitu:

1. Desa Yehembang
2. Desa Yehembang Kauh
3. Desa Yehembang Kangin

Demikian sejarah singkat tentang berdirinya Desa Yehembang yang sudah barang tentu perlu disempurnakan, karena kurangnya data penunjang yang kami peroleh.