Rintisan

Desa Wisata Gelgel

Kec. Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali View Location

Desa Gelgel, terletak di Kabupaten Klungkung, Bali, adalah sebuah desa yang kaya akan sejarah dan budaya, serta menawarkan berbagai keindahan alam dan situs bersejarah. Desa ini memiliki pesona tradisional Bali yang khas, menjadikannya salah satu destinasi yang menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan keautentikan budaya Bali.

Keindahan Alam:
Desa Gelgel dikelilingi oleh lanskap yang hijau dan subur, termasuk sawah terasering dan kebun-kebun tropis. Suasana desa yang tenang dan pemandangan alam yang memukau menciptakan lingkungan yang ideal untuk bersantai dan menikmati keindahan alam Bali yang masih alami.

Warisan Sejarah dan Budaya:
Desa Gelgel memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Salah satu daya tarik utama desa ini adalah situs-situs bersejarahnya, termasuk Pura Gelgel, sebuah pura yang bersejarah dan penting dalam budaya Bali. Pura ini memiliki arsitektur tradisional Bali yang indah dan sering digunakan untuk upacara keagamaan dan festival.

Kehidupan Tradisional:
Desa Gelgel merupakan tempat yang ideal untuk merasakan kehidupan tradisional Bali. Pengunjung dapat melihat berbagai aktivitas tradisional, seperti pertanian, pembuatan kerajinan tangan, dan berbagai upacara adat. Berkunjung ke desa ini memberikan wawasan yang mendalam tentang cara hidup masyarakat Bali yang autentik.

Budaya dan Kerajinan:
Di Desa Gelgel, pengunjung dapat menjumpai berbagai kerajinan tangan tradisional Bali, termasuk batik, ukiran kayu, dan produk kerajinan tangan lainnya. Desa ini juga dikenal dengan seni dan budaya tari Bali, yang sering dipertunjukkan dalam berbagai upacara dan festival di desa.

Fasilitas dan Akses:
Desa Gelgel memiliki fasilitas dasar yang memadai untuk wisatawan, termasuk penginapan dan tempat makan. Meskipun tidak sebesar destinasi wisata utama lainnya di Bali, desa ini menawarkan pengalaman yang tenang dan autentik.

Etika dan Penghormatan:
Saat berkunjung ke Desa Gelgel, pengunjung diharapkan untuk menghormati adat istiadat dan kebiasaan setempat. Ini termasuk berpakaian sopan, mengikuti aturan yang berlaku di situs-situs suci, dan menghormati kehidupan sehari-hari masyarakat desa.

Desa Gelgel adalah destinasi yang menawarkan kombinasi keindahan alam, warisan budaya, dan pengalaman tradisional Bali yang otentik, menjadikannya sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi.
 

SEJARAH DESA

1. KEBERADAAN AWAL
Desa Gelgel tidak dapat dilepaskan sejarahnya dengan Pura Dasar Bhuana yang dibangun di atas bekas ashram Mpu Ghana oleh Mpu Dwijaksara (1267 M) sebagai bentuk penghormatan terhadap Mpu Ghana, seorang Brahmana yang memiliki jasa besar terhadap perkembangan agama Hindu di Pulau Bali. Mpu Ghana tiba di Bali pada masa pemerintahan (suami-istri) Shri Dharmo Udayana Warmadewa dan Gunapraya Gharmapatni yang berkuasa dan memerintah Bali pada tahun 988 - 1011 Masehi. Beliau adalah seorang penganut sekte Ghanapatya yang seumur hidup menjalankan ajaran Sukla Brahmacari yakni tidak menjalani masa Grahasta. Pura Dasar Bhuana adalah Pura Dang Kahyangan yang merupakan pusat penyungsungan catur warga yang berasal dari soroh/clan: Satria Dalem, Maha Gotra Sanak Sapta Rsi, Mahasamaya Warga Pande dan Klan Brahmana Siwa.

2. EKSPEDISI MAJAPAHIT BALI
Keberhasilan Ekspedisi Kerajaan Majapahit ke Pulau Bali pada tahun 1342 M, ditindaklanjuti oleh Maha Patih Gajah Mada dengan menempatkan serta menugaskan Para Arya (Panglima Perang) nya lengkap dengan para pasukannya masing-masing pada tahun 1343 M sebagai sebagai penguasa wilayah “Amanca Agung” sebagai berikut:
- Sira Arya Kuthawaringin di Gelgel
- Sira Arya Kenceng di Tabanan
- Sirarya Belog, di Kabakaba
- Sirarya Gajah Para di Tianyar
- Sirarya Dalancang di Kapal
- Sirarya Belentong di Pacung
- Sirarya Sentong di Carangsari
- Sirarya Kanuruhan Singasardula di Tangkas
- Kryan Punta di Mambal
- Kryan Jrudeh di Tamukti
- Kryan Tumenggung di Patemon
- Arya Demung Wangbang Kediri di Kretalangu
- Arya Sura Wangbang Lasem di Sukahet
- Arya Wangbang Mataram tidak menetap di suatu tempat
- Arya Melel Cengkrong di Jembrana
- Arya Pamacekan di Bondalem

3. KEKUASAAN AWAL
Arya Kuthawaringin keturunan Shri Airlangga dari garis Shri Jayabhaya dikukuhkan sebagai Penguasa Wilayah/Amanca Agung Gelgel (Gapusa), dimana wilayah kekuasaannya meliputi: Gelgel, Kamasan, Tojan, Pantai Klotok, Dukuh Nyuhaya, Kacangpaos, Siku dan Klungkung, serta membangun Keraton yang disebut “Puri Jero Agung” berlokasi di sebelah utara Pura Dasar Bhuana disertai pasukannya sebanyak 5000 orang. Arya Kuthawarungin melanjutkan membangun Pura Kahyangan Dalem Desa yang juga disebut Dalem Jagat, yang pada saat ini disebut sebagai Pura Dalem Tugu, konon Pura Tugu ini adalah tempat Para Arya berikrar dalam rangka suksesi Shri Agra Samprangan (Ida Dalem Ille) ke adiknya Ida Shri Semara Kepakisan (Ida Dalem Ketut Ngelesir). Beliau Arya Kuthawaringin  berputra: Kyayi Klapodyana bergelar I Gusti Agung Bendesa Gelgel dikenal dengan sebutan I Gusti Kubontubuh, Kyayi Parembu, Kyayi Candi dan seorang putri yang bernama Ni Gusti Ayu Waringin.

Pada tahun 1350 M, Maharaja Majapahit Shri Aji Hayam Wuruk melantik seorang keturunan Brahmana bernama Shri Aji Kresna Ketut Kepakisan sebagai Adipati untuk wilayah Bali. Kedatangan beliau ke Bali pada tahun 1352 M diiringi oleh Arya Kepakisan, Arya Tan Kaur, Arya Tan Mundur dan Arya Tan Kober, dengan langsung menempati sebuah Puri Linggarsapura di Desa Samprangan Bali, bekas markas dari Maha Patih Gajah Mada. Shri Aji Kresna Kepakisan mengangkat Arya Kepakisan sebagai Maha Patih yang berasal dari satu desa yaitu Desa Pakis, Jawa Timur, mengangkat Arya Kuthawaringin sebagai Adi Patih dan Tumenggung, sekaligus tetap sebagai Amanca Agung Gelgel. Arya Wang Bang Penatih sebagai Demung dan mengangkat Arya Singa Sardula/Kanuruhan di Tangkas sebagai Sekretaris Dalem dan dibantu Arya-Arya lainnya. Beliau Shri Aji Kresna Kepakisan berputra-putri dari Istri Ni Gusti Ayu Raras putrinya Arya Gajah Para adalah: Shri Agra Samprangan (Dalem Ile), Dalem Tarukan, Dewa Ayu Wana dan Dalem Ketut Ngulesir, dan dari Istri Ni Gusti Ayu Waringin putrinya Arya Kuthawaringin lahir Ida Dewa Tegal Besung.

Shri Aji Kresna Ketut Kepakisan moksah pada tahun 1380 M, beliau digantikan oleh Shri Agra Samprangan, namun sangat disayangkan beliau Shri Agra Samprangan (Dalem Ile) tidak dapat menunjukkan kompetensi sebagai seorang penerus tahta yang cakap sehingga menyebabkan Kyayi Klapodyana/I Gusti Kubontubuh mengupayakan penyelamatan Hegemoni kekuasaan Majapahit-Bali, setelah bersepakat dan berikrar dengan Para Arya di Pura Dalem Tugu, kemudian mencari dan mendapatkan beliau Dalem Ketut Ngulesir di Desa Pandak, untuk memohon beliau berkenan menggantikan Ida Dalem Ille sebagai Adipati Bali. Kyayi Klapodyana/I Gusti Agung Bendesa Gelgel menghaturkan Istananya “Jero Agung” sebagai Puri Agung Gelgel tempat beliau memerintah.

4. RAJA PERTAMA HINGGA JAMAN KE’EMASAN
Pada tahun 1383 M, Ida Dalem Ketut Ngulesir resmi bertahta di Gelgel menempati Puri Suweca Linggarsapura bekas “Istana Jero Agung” Arya Kuthawaringin dengan gelar Abhiseka “Shri Aji Semara Kepakisan”. Dimana sebelumnya Kyayi Klapodyana/I Gusti Agung Bendesa Gelgel telah membangun “Jero Agung” baru di barat daya Puri Suweca Linggarsapura, disebelah utara Pura Tugu, diatas sebuah tegalan berisi pohon kelapa kemudian dikenal dengan sebutan I Gusti Kubontubuh.

Perpindahan pusat pemerintahan dari Samprangan ke Gelgel dengan serta-merta diikuti oleh perpindahan sebagian besar pejabat-pejabat Kerajaan ke Gelgel. I Gusti Nyuhaya putra Arya Kepakisan yang menjabat Maha Patih, I Gusti Brangsingha putra Arya Kanuruhan sebagai Sekretaris Dalem, serta pejabat-pejabat para Mantri dan Tanda Mantri lainnya berpindah dari Samprangan ke Gelgel. Hal itu menjadikan Gelgel secara cepat berkembang menjadi kota dan pusat kerajaan dan memperoleh kemajuan di segala bidang. Masa keemasan Gelgel “The golden age” terjadi pada masa pemerintahan Ida Dalem Waturenggong (1460M – 1550M), masa pemerintahan beliau dikenal dengan dilaksanakannya rekonstruksi tatanan pemerintahan dengan pelaksanaan ajaran Widisastra, rekonstruksi tananan masyarakat dalam konsep Tri-Wangsa dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Gelgel sampai ke sebagian wilayah Jawa Timur, Lombok dan Sumbawa.

5. KERUNTUHAN GELGEL
Masa keemasan Gelgel mulai memudar pada masa pemerintahan Dalem Bekung (1550 M - 1580 M), dengan munculnya pemberontakan Patih Kyayi Batanjeruk dan I Dewa Anggungan disusul oleh Pemberontakan Krian Pande Basha, namun berhasil dipadamkan. Keadaan tersebut kemudian ditindaklajuti dengan pengangkatan Dalem Anom Segening (1580 M – 1665 M) sebagai pengganti Dalem Bekung  dan beliau berhasil mempertahankan pemerintahannya. Pada tahun 1665 M Ida Dalem Anom Pemayun naik tahta dan mengangkat Kyayi Madya Karang sebagai Patih Agung, Kyayi Lurah Abian Tubuh sebagai Patih Utama keturunan Arya Kuthawaringin, Kyayi Tangkas dan Brangsigha keturunan Arya Kanuruhan sebagai Patih Anom dan Sekretaris memicu ketidakpuasan bagi pihak-pihak yang kehilangan jabatan. Kriyan Maruti Dimade bermaksud untuk mengangkat Ida I Dewa/Dalem Dimade (Adik Ida Dalem Anom Pemayun) sebagai raja dikenal sebagai Pemberontakan Maruti I dan disikapi oleh Ida Dalem Anom Pemayun menyingkir ke Desa Purasi. Tahun 1665M Ida I Dewa Dimade naik tahta menjadi Raja bertahta di Gelgel. Beberapa lama kemudian, akhirnya Kriyan Maruti Dimade memberontak dan mengambil alih kekuasaan Ida Dalem Dimade dan mengakhiri kekuasaan Ida Dalem DiMade di Gelgel dikenal sebagai Pemberontakan Maruti II. Beliau Ida Dalem Dimade disertai Kyayi Lurah Abian Tubuh menyingkir ke Desa Guliang, Bangli dan wafat (1686 M).

I Gusti Agung Maruti berkuasa di Gelgel (1686M – 1704M) dan mengangkat Dukut Kretha sebagai Patih. Wilayah Bali menjadi tidak stabil, wilayah-wilayah bawahan seperti Buleleng, Bangli, Badung, Jembrana, Tabanan, Gianyar, Karangasem tidak mau mengakuai kekuasaannya dan berupaya melepaskan diri dengan membentuk pemerintahan sendiri-sendiri (Rajadoms)

Sri Agung Gede Jambe putra Ida Dalem Dimade (Guliang) dengan I Gusti Lurah Abian Tubuh-Kuthawaringin, Sri Agung Gede Ngurah putra Ida Dalem Anom Pemayun (Sidemen) dengan I Gusti Madya Karang-Kuthawaringin, I Gusti Tangkas Bias, I Gusti Brangsinga dibantu laskar Buleleng dan Badung menyerang dan merebut kembali Gelgel dari kekuasaan I Gusti Agung Maruti pada tahun 1704 M. I Gusti Agung Maruti diampuni oleh Ida I Dewa Agung Jambe dan diasingkan di Desa Kuramas diawasi oleh I Gusti Lurah Tubuh (Ki Nyanyap) dilanjutkan oleh Kyayi Bendesa Miber Abiantubuh.

Dengan porak-porandanya Gelgel, Sri Agung Gede Jambe memutuskan untuk membangun Puri baru kearah utara dari kota Gelgel dan diberi nama Puri Semarapura, beliau di abhiseka Ida I Dewa Agung Jambe pada tahun 1710 M berkedudukan di Semarajaya, Klungkung. I Gusti Lurah Abian Tubuh sebagai Pengabih setia di Pekandelan Klungkung. (Di seberang Puri Agung Klungkung, sebelah selatan Kertha Gosa, dan I Gusti Madya Karang di Desa Lebu. Sejak itu gelar “Dalem” tidak lagi digunakan bagi raja-raja yang memerintah di Kerajaan Klungkung. Gelar yang disandang oleh raja-raja Kelungkung kemudian disebut Ida I Dewa Agung, yang juga merupakan sesuhunan bagi raja-raja Bali. Namun demikian, Gelgel tetap sampai sekarang merupakan pusat bagi masyarakat Bali terkait, sejarah, agama, keleluhuran dan kebudayaan.

Share Social Media

Facilities

Areal Parkir
Areal Parkir
Balai Pertemuan
Balai Pertemuan
Kamar Mandi Umum
Kamar Mandi Umum
Spot Foto
Spot Foto

Tourist Attraction

photo Pura Dasar Buana Gelgel
Pura Dasar Buana Gelgel
Kab. Klungkung
photo Pantai Batu Tumpeng
Pantai Batu Tumpeng
Kab. Klungkung

Location

Other Recommendations

Desa Wisata Suwat
Rintisan
Desa Wisata Suwat
Kab. Gianyar
Desa Wisata Bali Ditha
Rintisan
Desa Wisata Bali Ditha
Kab. Gianyar
Rintisan
Kab. Klungkung
Rintisan
Kota Denpasar
Rintisan
Kab. Jembrana
Desa Wisata Pejeng Kangin
Berkembang
Hubungi Kami