Rintisan

Desa Wisata Perancak

Kec. Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali View Location

Desa Perancak dianugrahi dengan Potensi Alam yang melimpah dan lengkap dari beberapa unsur, seperti wisata bahari, wisata hutan mangrove, spot sunset, wisata religious, wisata kuliner, sirkuit perancak (motocross, rally sprint, grasstrack, dan roadrace) dan beberapa villa komersil yang ada di Desa Perancak. Beberapa wisata di Desa Perancak sudah mendapatkan pengakuan di tingkat nasional bahkan internasional, seperti konservasi penyu “Kurma Asih”, tracking mangrove, sirkuit perancak, wisata religious, dan beberapa objek wisata lainnya.

Wisata Bahari
Dimulai dari wisata bahari (laut), karena mayoritas penduduk Desa Perancak adalah nelayan, beberapa nelayan beralih profesi dari penangkap ikan menjadi Tour Guide wisata bahari, dimana para pengunjung Wisata Desa Perancak ada yang meminta diantarkan untuk mencari spot mancing ataupun snorkling (seasonal).
Yang menjadi icon-nya Desa Perancak sejak dulu adalah observasi penyu “Kurma Asih” dimana Desa Perancak menjadi spot untuk penyu betina dewasa untuk bertelur, dan Kurma Asih menjadi wadah untuk melindungi satwa langka “Penyu”, baik dari peneluran sampai ke lepas liaran tukik (anak penyu).
Tidak kalah dari Kurma Asih, bersumber dari dana CSR kelautan, Desa Perancak dianugrahi dengan tracking mangrove yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat berwisata keluarga untuk menikmati beberapa spot foto yang ada.

Wisata Religious Desa Perancak 
Tidak dipungkiri, Bali terkenal dengan kekentalan adat istiadat Hindunya, dan Desa Perancak juga dianugrahi dengan potensi wisata religious yang tidak kalah dari desa wisata lain yang ada di Bali, salah satunya adalah Pura Gede Perancak (Pura Dang Khyangan Desa Perancak), Situs Sumur Bajo, dan beberapa atraksi Hindu yang tidak kalah uniknya, yaitu: Tari Tarian Wayang Uwong, Kesenian Tari Jegoh Jembrana, dan lain-lain.

Wisata Kuliner

Berbekal dengan aset masakan khas Desa Perancak yang tidak kalah saing dari cita rasa seafood terkenal yang ada di Bali, beberapa pelaku UMKM memanfaatkan potensi warisan kuliner yang turun temurun diturunkan di Desa Perancak. Beberapa ada yang membangun lesehan dan ada juga menfaatkan aplikasi e-commerce untuk berjualan. Yang paling terkenal bahkan sudah ada beberapa yang masuk ke kancah internasional adalah Bedetan Perancak, dimana sudah beberapa kali sudah pernah mengirim kemasan Bedetan bahkan sampai ke Turki dan Rusia. Adapun kuliner khas Desa Perancak lainnya, yaitu Ikan Panggang Khas Perancak, Sup (Pindang Perancak), Pesan Be Perancak, dan banyak lagi kuliner yang bisa membuat pengunjung Desa Perancak tidak akan lupa akan cita rasa yang sudah sajikan.

Desa Perancak menjadi satu satunya desa yang dianugrahi dengan potensi alam yang lengkap, baik dari unsur bahari, hutan, akomodasi, sarana rekreasi, dan wisata religiusnya. 

  1. Konservasi Penyu “Kurma Asih”
  2. Observasi Hutan Mangrove 
  3. Lesehan Desa Perancak
  4. Pura Gede Perancak dan Situs Sumur Bajo 
  5. Sirkuit Desa Perancak 
  6. Wisata Bahari 
  7. Sunset Point Taman Ujung Desa Perancak 
  8. Atraksi Adat Perancak (seasonal)

SEJARAH DESA

Desa Perancak adalah sebuah desa tua yang terletak di pesisir selatan di wilayah Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Desa Perancak awalnya merupakan tanah timbul dari endapan pasir dan lumpur yang dipenuhi tumbuhan semak belukar serta pohon besar sehingga merupakan sebuah desa yang sangat angker, dilintasi oleh satu jalan yaitu Jalan Raya Tegal Cangkring - Perancak namun sekarang sudah dibuat jalan alternatif untuk menuju kabupatan/kota. Kapan dan oleh siapa nama "Perancak" diberikan kepada desa ini, sampai saat ini masih misteri, namun masyarakat Desa Perancak masih bisa menceritakannya secara turun temurun. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, nama "Perancak" itu sendiri berawal karena faktor budaya.

Desa Perancak awalnya bernama "Tanjung Ketapang" hal ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah seorang Brahmana (Pendeta) atau guru besar agama Hindu yang bernama Danghyang Dwijendra atau sebutan lain adalah Danghyang Nirartha dan berkaitan dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit.

Saat itu Tanjung Ketapang masih merupakan hutan dan semak semak, Penduduknya jarang, tempat tinggal mereka selalu berpindah pindah atau sekedar membuat tempat persinggahan/peristirahatan pada saat melakukan aktivitas menangkap ikan yang dikenal dengan sebutan "Menega" (Nelayan) sampai sekarang. Ada juga yang tinggal menetap serta memeluk agama Hindu. "Tanjung Ketapang" saat itu dipimpin oleh seseorang Pemimpin yang bernama I Gusti Ngurah. I Gusti Ngurah bersifat angkuh, takabur dan sombong serta mendewakan dirinya, sehingga penduduk Tanjung Ketapang atau bangsa lain yang datang ke Tanjung Ketapang harus sujud dan tunduk kepadanya, termasuk suku Bajo. Suku bajo adalah orang- orang dari Sulawesi yang sering mengangkut muatan (membawa muatan barang) menggunakan perahu menuju pelabuhan terusan (Loloan Negara). I Gusti Ngurah adalah pemimpin daerah Tanjung Ketapang yang harus disembah, dihormati dan disegani. Dia tinggal di sebuah Puri/Pura sebutan penduduk saat itu.

Bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Majapahit, seorang Resi/Pendeta dari Jawa pergi ke Bali melakukan Tirta yatra dengan menaiki buah Labu (Waluh kili).

Dari pelayaran beliau sampailah di Tanjung Ketapang. Beliau datang dan tiba di Pulau Bali untuk pertama kali menginjakan kaki di Tanjung Ketapang (Perancak sekarang). Sebelum melanjutkan perjalanan mengelilingi Pulau Bali untuk memperdalam ajaran Agama Hindu maka beliau sementara tinggal di Tanjung Ketapang karena sebelumnya di Tanjung Ketapang belum pernah ada orang yang dapat memberikan petunjuk atau tuntunan tentang ajaran Agama Hindu. Beliau disebut guru besar Agama Hindu. Sebagai guru besar/pendeta beliau sangat disegani dan dikagumi oleh penduduk Tanjung Ketapang. Tetapi oleh I Gusti Ngurah penguasa Tanjung Ketapang tidak pernah hormat sama sekali malah memandang beliau sama atau sejajar seperti penduduk lainya.

Pada suatu hari beliau bersama penduduk mau mengadakan persembahyangan di Pura/puri tempat I Gusti Ngurah berstana. Setibanya beliau disana, I Gusti Ngurah tidak menghormati beliau sebagai seorang Pendeta malah sebaliknya menyuruh sang Pendeta untuk menyembah, hormat dan tunduk dibawah kekuasaanya karena dia mengaku dirinya raja penguasa yang harus disembah untuk memohon, termasuk kepada sang Pendeta. I Gusti Ngurah menyerukan kepada sang pendeta dan penduduk lainya hari itu untuk menyembah dirinya. Sebagai seorang guru besar yang berilmu tinggi tidak sombong menuruti permintaan I Gusti Ngurah. Namun begitu cakupan tangan sang Pendeta sampai didada hendak menyembah, seketika itu pula batu tempat duduk I Gusti Ngurah pecah (Encak) dan I Gusti Ngurah terjungkal.

Dengan kejadian tersebut I Gusti Ngurah menyadari bahwa orang pendatang yang ia anggap biasa ternyata memiliki kesaktian yang sangat tinggi yang bisa mengalahkan dirinya. Karena I Gusti Ngurah merasa takut dan cemas terhadap bahaya yang mengancam dirinya dikemudian hari, maka larilah I Gusti Ngurah ke arah gunung (utara).

Setelah I Gusti Ngurah lari meninggalkan Tanjung Ketapang maka sang Pendeta oleh penduduk dijuluki "PEDANDA SAKTI WAU RAUH" beliau di junjung tinggi, dihormati dan disegani oleh penduduk, beliau adalah Nabe/ Guru besar di tanjung ketapang untuk memperdalam Agama Hindu. Beberapa abad Kemudian beliau terpaksa meningglkan Tanjung Ketapang karena harus melanjutkan perjalanan keliling Pulau Bali (Tirta yatra). Setelah Beliau /sang pendeta meninggalkan Tanjung Ketapang, maka oleh penduduk dibangun pura sebagai tempat penghormatan pemujaan untuk beliau yang di beri nama "PURA ENCAK" asal Pura Encak tersebut adalah dari batu tempat duduk I Gusti Ngurah di puri /pura yang pecah Pura diartikan Tempat (Linggih bahasa bali) Encak diartikan Pecah yang dijadikan nama "Desa Perancak".

Kira-kira sekitar pada tahun 1812 setelah Desa Perancak menjadi Desa difinitif merupakan satu desa kesatuan yaitu Desa/Bajar Perancak, kemudian mengalami pemekaran:

I (Pertama) terdiri dari 2 Banjar yaitu:

  1. Banjar Perancak
  2. Banjar Lemodang

II (Kedua) terdiri dari 3 Banjar yaitu:

  1. Banjar Perancak
  2. Banjar tengah
  3. Banjar Lemodang

III (Ketiga) terdiri dari 4 Banjar yaitu:

  1. Banjar Mekarsar
  2. Banjar Perancak
  3. Banjar Lemodang
  4. Banjar Dangin Berawah

IV (Keempat) sampai dengan tahun 2021 terdiri dari 5 Banjar yaitu:

  1. Banjar Mekarsari
  2. Banjar Perancak
  3. Banjar Lemodang
  4. Banjar Tibu Kleneng
  5. Banjar Dangin Berawah

Nama-nama para kelian Banjar sampai saat ini:

  1.  Banjar Mekarsari        : I Wayan Sugiartha
  2. Banjar Perancak          : I Wayan Karnenta Suyasa
  3. Banjar Lemodang       : I Nengah Budiasnawan
  4. Banjar Tibu Kleneng  : I Ketut Winata
  5. Banjar Dangin Berawah : I Wayan Sudiarta

Share Social Media

Facilities

Areal Parkir
Areal Parkir
Balai Pertemuan
Balai Pertemuan
Jungle Tracking
Jungle Tracking
Kamar Mandi Umum
Kamar Mandi Umum
Kios Souvenir
Kios Souvenir
Kuliner
Kuliner
Selfie Area
Selfie Area
Spot Foto
Spot Foto
Tempat Makan
Tempat Makan
Wifi Area
Wifi Area

Tourist Attraction

photo Wisata Mangrove Desa Perancak
photo Konservasi Penyu Kurma Asih
photo Pantai Perancak
Pantai Perancak
Kab. Jembrana
photo Pura Gede Perancak
Pura Gede Perancak
Kab. Jembrana

Location

Other Recommendations

Desa Wisata Suwat
Rintisan
Desa Wisata Suwat
Kab. Gianyar
Desa Wisata Bali Ditha
Rintisan
Desa Wisata Bali Ditha
Kab. Gianyar
Rintisan
Kab. Klungkung
Rintisan
Kota Denpasar
Rintisan
Kab. Jembrana
Desa Wisata Pejeng Kangin
Berkembang
Hubungi Kami